Sekolah Berbasis Semi-Islami, Pembatasan Interaksi Antarlawan jenis Dilakukan Untuk Menghindari Pergaulan Bebas

Sukoharjo, 8 Desember 2024 – Di sekolah pada umumnya mungkin interaksi antarlawan jenis adalah hal yang umum dan cenderung disepelekan. Meskipun terkadang di sekolah-sekolah diadakan peraturan dilarang berpacaran, penerapannya di lapangan hanya sekadar formalitas belaka. Alhasil, banyak sekali para remaja yang terjun bebas ke jurang setan. Itulah mengapa diperlukan lingkungan sekolah yang suportif, agar para siswanya terhindar dari hal-hal yang nantinya hanya akan berbuah penyesalan yang mendalam.

Berbeda dengan SMA Unggulan CT ARSA Foundation Sukoharjo yang merupakan sebuah sekolah berbasis semi-islami. Dalam penerapannya terdapat beberapa aturan-aturan islami yang perlu ditaati oleh para siswa. Beberapa aturan tersebut di antaranya yaitu pembatasan interaksi antarlawan jenis.

Pembatasan interaksi ini dilakukan agar menjaga siswa-siswi melakukan interaksi yang dapat mengarah ke arah hal yang buruk. Selain itu, hal ini juga bertujuan agar tercipta sebuah batasan hubungan yang biasa terjadi antar remaja. Lalu dengan adanya batasan hubungan, diharapkan fokus siswa akan lebih menuju ke pembelajaran sekolah dan tidak terbagi dengan mengurusi hubungan percintaan.

Mungkin orang lain beranggapan bahwa hal ini adalah hal yang sepele. Namun pada kenyataannya banyak sekali para siswa yang terjerumus karena pergaulan bebas, pacaran, atau bahkan seks yang di lapangan sudah menjadi hal umum di kalangkan para remaja. Banyak pendapat yang mengemukakan bahwa hal ini terlalu lebay dan berlebihan sehingga menimbulkan kesan terlalu mengekang remaja di era sekarang. Padahal, pencegahan tersebut penting untuk menghindari hal-hal negatif di masa yang akan mendatang.

Di SMA Unggulan CT ARSA Foundation Sukoharjo sendiri telah menerapkan kebijakan sederhana mengenai pembatasan interaksi antarlawan jenis yang hingga kini telah sukses dilaksanakan. Di antaranya:

  • Larangan berhubungan antar lawan jenis secara berlebihan baik langsung maupun tidak langsung.

Secara langsung maksudnya seperti mengobrol ringan bersama tanpa adanya kepentingan mendalam seperti mengobrol mengenai pelajaran atau organisasi. Sedangkan secara tidak langsung yaitu melalui chat dengan media aplikasi mana pun, mengobrol terkait bukan hal yang begitu penting.

  • Larangan berinteraksi hanya berdua saja dengan lawan jenis.

Mengobrol hanya berdua, jalan berdua, berfoto hanya berdua dengan lawan jenis adalah haram hukumnya di sekolah ini. Selain untuk meminimalisir adanya rasa yang tumbuh dari interaksi sederhana tersebut, hal ini juga bertujuan untuk menghindari fitnah yang mungkin muncul dengan melihat fenomena tersebut. Jadi jikalau memang ada suatu keadaan yang mengharuskan harus berinteraksi berdua saja dengan lawan jenis, siswa-siswi SMA Unggulan CT ARSA Foundation Sukoharjo lebih memilih untuk mengajak teman lain yang sejenis untuk menemani sehingga tidak menimbulkan fitnah.

  • Pembedaan meja makan di kantin

Karena SMA Unggulan CT ARSA Foundation Sukoharjo merupakan sekolah berasrama sehingga fungsi utama dari kantin yaitu sebagai tempat untuk makan pagi, siang, dan malam. Penempatan meja makannya sendiri sudah disusun berbaris sesuai dengan nomor kamar di asrama. Dengan begitu, maka sudah dapat dipastikan meja kantin antara siswa dan siswi tidak akan bercampur urutannya secara acak.

  • Pembedaan jalur masuk gedung dan berjalan kaki

Jalur-jalur ini diterapkan pada jalur untuk berjalan dan pintu masuk ke masjid, jalur untuk naik ke lantai atas atau tangga gedung sekolah, memasuki gedung sekolah, asrama, dan kantin. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi adanya senggolan yang disengaja maupun tidak dengan yang bukan muhrimnya.

  • Pembedaan barisan saat upacara dan apel

Selain berbasis semi-islami, sekolah ini juga berbasis semi-militer dimana setiap harinya sebelum pembelajaran di sekolah akan diadakan apel pagi maupun upacara di hari Senin atau ketika terdapat hari-hari besar. Lalu di saat membentuk barisan tersebut, siswa dan siswi tentunya dipisahkan barisannya dan tidak berselang-seling antara siswa dan siswi. Lagi-lagi tentunya hal ini dilakukan untuk mengurangi adanya interaksi fisik maupun obrolan yang tidak sengaja muncul secara alami.

“Sudah diterangkan juga dalam agama, laki-laki dan perempuan itu memang harus dipisahkan. Ya memang karena kodratnya tidak bisa disamakan, baik secara fisik, emosi, maupun pikirannya,” pendapat Nafisah Zahra Tsurayya selaku Ibu Wali Asrama Putri.

Penulis:
1. Giga Putri Sasmita
2. Alfi Hasanah

Editor:
1. Ghulamin Khalim Subagiyo
2. Pekik Mahardhika Pangestu
3. Mahfuzh Rizq Aziz

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *